Yuk Senantiasa Menjaga Lisan - Serpihan Kehidupanku

Yuk Senantiasa Menjaga Lisan

Yuk Senantiasa Menjaga Lisan

Semua orang mempunyai hak untuk berbicara. Ada sebagian dari kita yang dari lisannya tersebut dapat membawa dirinya menuju tingkat ketentraman jiwa di dunia bahkan bisa jadi ditetapkan sebagai penduduk surga (ما شاء الله), namun ada pula sebagian dari kita yang dari lisannya tersebut dapat mengantarkan dirinya menjadi manusia yang paling rendah derajatnya bahkan bisa jadi ditetapkan sebagai penduduk neraka. (Naudzubillah min dzaalik)

Tidak dapat dipungkiri bahwa yang namanya kehidupan pasti selalu ada suka duka, ada orang yang berpikir untuk pantang membawa masalah atau virus negatif (toxic people) bagi orang lain, namun ada pula yang tanpa sadar apa yang ia lakukan terkadang membuat orang di sekitarnya sakit hati atau kecewa, khususnya karena lisannya karena ia tidak tahu seperti apa seharusnya memposisikan dirinya.


عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أو ليصمت .....» (رواه البخاري، ومسلم).

dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ bersabda “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam...” (HR Bukhari no. 6475 dan Muslim no. 74)

Untuk penjelasan hadits ini saya merujuk dari perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha dan Syaikh Muhyidin Mistu . Yang dimaksud dengan berkata baik disini ada dua, yaitu kata-kata yang baik itu sendiri dan kebaikan yang dimaksud dari kata-kata tersebut (intisari yang terkandung dari perkataan tersebut).
  1. Kata-kata yang baik adalah dzikrullâh, tasbih, tahmid, tilawah, mengajarkan ilmu, memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, dan yang lainnya. Secara esensi, semua ini adalah kebaikan.
  2. Kebaikan yang dimaksud dari kata-kata tersebut, maksudnya adalah (misalnya) seseorang mengatakan sesuatu yang secara esensi tidak bermanfaat (tidak berguna), tapi diucapkan seseorang dengan maksud untuk menyenangkan teman-temannya. Maka ini termasuk kebaikan karena bisa menyenangkan orang, menghilangkan kesedihan, dan membuat akrab.

Ketika kita bergaul dan kita tidak memiliki kata-kata yang baik untuk disampaikan dan tetap diam seribu bahasa sejak datang hingga pergi, ini tentu akan mengusik perasaan orang dan menunjukkan tidak adanya keakraban. Berbicaralah meski bukan kata-kata yang baik secara esensi, dengan maksud untuk membuat teman-teman kita senang. Ini namanya kebaikan untuk maksud yang lain.

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad ﷺ, beliau bersabda “Tidak akan lurus keimanan seseorang sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus perkataannya.”

Abu Hatim rahimahullah berkata “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu. Jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya membuat dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa setiap dari perkataan yang keluar dari lisan kita seharusnya bernilai maslahat. Yang bernilai maslahat tidak selalu kaku kok, kita berbicara untuk menjaga perasaan teman kita, itu juga bernilai maslahat meskipun isi pembicaraan kita hanya sekedar pembicaraan yang mubah. Namun sekali lagi, berbicara itu ada kadarnya dan secukupnya saja, kalau berlebihan maka akan jatuh kepada keburukan. Jadi lebih baik setelah semuanya merasa nyaman dengan pembicaraan yang cukup, diamlah atau lanjutkan dengan berkata yang baik. karena pembicaraan yang mubah bisa menyeret pada pembicaraan yang haram atau tidak disukai Allah.


عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ليس المؤمن بالطعان، ولا اللعان، ولا الفاحش، ولا البذيء))
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda “Orang mukmin itu bukan orang yang suka mencela (harga diri orang lain), suka melaknat, berbuat keji, dan bukan pula berkata kotor.” (HR Tirmidzi no. 1977, ia berkata “Hadits ini hasan.” dan Ahmad {1/404})


عن أنس رضي الله عنه قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : "ما كان الفحش في شيء إلا شانه ، وما كان الحياء في شيء إلا زانه"
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda “Tidaklah kata-kata kotor ada pada sesuatu melainkan pasti memperburuknya, dan tidaklah sifat malu ada pada sesuatu melainkan pasti menghiasinya.” (HR Tirmidzi no. 1974, Ahmad {3/165}, dan Ibnu Majah no. 4185)

Manfaat Menjaga Lisan
Tentu setiap hal yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya terkandung banyak hikmah, maka beberapa manfaat menjaga lisan, yaitu :
  • Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari no. 6475 dan Muslim no. 74)
  • Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.
Dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ketika Rasulullah ﷺ ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab “(Orang Islam yang paling utama adalah) Orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (HR Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
  • Mendapat jaminan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk surga
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu “Barang siapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya (mulut/lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR Bukhari no. 6088)
  • Allah subhanahu wa ta’ala akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai oleh Allah سبحانه و تعالى yang dia tidak menganggapnya bernilai, ternyata Allah سبحانه و تعالى mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. al-Bukhari no. 6092)

Nah, cukup sekian tulisan kali ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan mohon keringanannya untuk memberikan koreksi/kritik jika yang saya tulis di atas kurang jelas atau bahkan keliru. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah سبحانه و تعالى untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, serta diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut. aamiin.

Referensi :
[1] Riyadhus Shalihin & Penjelasannya, Imam An-Nawawi. Syarah oleh Syaikh Faishal Alu Mubarak
[2] Syarah Hadits Arba'in, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
[3] Al-Wafi Syarah Hadits Arba'in, Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha & Syaikh Muhyidin Mistu.

Ad Placement

Formulir Kontak